Pemerintah Dukung Pengembangan Sawit Jadi Bensin dan LPG Melalui Co-prosessing
By Abdi Satria
nusakini.com-Bandung-Indonesia adalah salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia. Selain dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar minyak jenis solar, kini penelitian pemanfaatan sawit untuk bahan bakar jenis bensin (gasolin) maupun LPG (Liquified Petroleum Gas) tengah dikembangkan di Indonesia, salah satunya melalui kerja sama Pertamina dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana, di depan mahasiswa peserta Workshop Pengembangan Bioenergi dan Energi Pedesaan Berbasis Energi Terbarukan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Jumat (12/4) lalu.
"Indonesia yang pertama mengembangkan sawit untuk bensin melalui co-prosessing. Minyak sawit dicampurkan ke kilang dengan proses cracking, menggunakan katalis Merah Putih, yang juga merupakan produksi anak bangsa, dan akan menghasilkan bensin dan LPG di akhir proses," jelas Dadan.
Dadan mengungkapkan, pemanfaatan sawit untuk bensin ini juga telah dilakukan di beberapa negara seperti di Amerika, Italia, dan UEA. Namun, yang dikembangkan di negara-negara tersebut adalah membuat pabrik baru yang dapat mengolah langsung sawit dengan bensin sebagai salah satu produknya. "Yang mereka kembangkan bukan co-prosessing, tapi standalone, dari sawit menghasilkan bensin. Untuk co-processing ini kita yang pertama," paparnya.
Kelebihan lain dari co-prosessing ini, lanjut Dadan, kita masih dapat menggunakan kilang exsisting, sehingga lebih hemat dalam proses produksinya. "Yang digunakan adalah kilang eksisting, hanya ditambahkan proses di tengahnya untuk menghasilkan bensin dan LPG," imbuh Dadan.
Terkait harga, Dadan mengungkapkan, bensin dari sawit ini nantinya masih akan tergantung dari harga bahan baku sawitnya. "Ada mekanisme yang saling menguntungkan pastinya, bisa melalui intensif atau bentuk lain, karena kita tahu hingga saat ini di lapangan kita tahu kalau harga minyak goreng selalu lebih mahal dari bahan bakar," tandas Dadan.
Selain Dadan Kusdiana, hadir pula sebagai pembicara pada workshop kerjasama Balitbang ESDM dan IPB kali ini, Pakar Bioenergi IPB Erliza Hambali dan Armansyah Tambunan, juga Direktur Penyaluran Dana BPDPKS Edi Wibowo dan pengurus Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia, Paulus Tjakrawan. (p/ab)